Pada era 80 dan 90an, budaya pop Indonesia (termasuk layar TV) tak bisa dilepaskan dari keterlibatan orang-orang queer. Namun, kondisi itu kini telah berubah. Apa yang sebenarnya terjadi? Simak liputan berikut ini!
Pada era 80 dan 90an, budaya pop Indonesia (termasuk layar TV) tak bisa dilepaskan dari keterlibatan orang-orang queer. Namun, kondisi itu kini telah berubah. Apa yang sebenarnya terjadi? Simak liputan berikut ini!
Ribuan perempuan turun ke jalan di Hari Perempuan Internasional, menuntut keadilan di tempat kerja.
Riyani, buruh garmen sejak 2014, kini dihantui ketidakpastian akibat gelombang PHK massal. Di sektor tekstil, mayoritas buruhnya perempuan.
Kini, 280.000 buruh terancam kehilangan pekerjaan. Lantas, seperti apa tuntutan para pekerja perempuan? Simak selengkapnya.
#IndonesiaGelap meluas, memantik amarah publik atas kebijakan yang tak berpihak pada rakyat. Aksi turun ke jalan terus terjadi, suara perlawanan menggema lewat orasi, spanduk, dan poster.
Namun, di balik barisan massa, ada perjuangan lain yang tak kalah penting: kerja-kerja perawatan. Dari paramedis jalanan hingga penyedia logistik dan konsumsi, mereka hadir sebagai garda belakang yang memastikan keselamatan, kesehatan, dan kebutuhan peserta aksi tetap terpenuhi.
Pakar gender Universitas Indonesia, Hariati Sinaga, menegaskan bahwa kerja perawatan memegang peran krusial dalam setiap aksi. Lantas, mampukah kerja reproduksi ini memperpanjang napas perlawanan?
Simak pembahasannya di YouTube progreSIP!
Jurnalis Sasmito Madrim mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK) sepihak dari VoA Indonesia, yang diduga terjadi setelah ia menyuarakan dukungan untuk Palestina di media sosial. Sebagai bentuk solidaritas, sejumlah jurnalis menggelar aksi simbolik mendukung Sasmito di kantor VoA pada Rabu, 19 Februari 2025.
Setelah gagal mencapai kesepakatan dalam perundingan, Sasmito resmi menggugat VoA Indonesia ke Pengadilan Hubungan Industrial, PN Jakarta Pusat. Gugatan ini telah terdaftar dengan nomor PN JKT.PST-19022025P54.
Simak tayangan selengkapnya!
Solidaritas Pekerja CNN Indonesia (SPCI) bersama Koalisi Anti Union Busting merilis film Cut to Cut—sebuah karya yang diproduksi secara swadaya oleh anggota SPCI di tengah keterbatasan ekonomi setelah menghadapi tindakan sewenang-wenang perusahaan.
Film ini merekam dengan jelas lika-liku perjuangan pekerja CNN yang mengalami pemotongan upah, PHK, hingga pemberangusan serikat (union busting).
Seperti apa kisah selengkapnya? Simak liputannya di YouTube progreSIP!
Aliansi Dosen ASN di Bawah Kemendiktisaintek (ADAKSI) menggelar aksi ultimatum di Patung Kuda, Jakarta Pusat, pada Senin (03/02/2025), menuntut pemerintah segera mencairkan tunjangan kinerja (Tukin) yang tertahan sejak 2020-2024.
Meskipun menghadapi intimidasi dan ancaman dari berbagai perguruan tinggi menjelang aksi, para dosen tetap berjuang langsung ke Jakarta demi hak mereka atas Tukin—tunjangan insentif dengan nominal mulai dari Rp5.000.000 per bulan.
Ketua ADAKSI, Anggun Gunawan, menegaskan bahwa tertahannya Tukin berdampak signifikan pada kesejahteraan mayoritas dosen, yang banyak di antaranya menerima upah di bawah UMR. Kondisi ini berpotensi menghambat profesionalisme dan integritas dosen dalam menjalankan tugasnya.
Lantas, seperti apa liputan selengkapnya? Simak di youtube progreSIP!
Sudah susah cari kerja, malah di-PHK gara-gara Akal Imitasi (AI) dan terpaksa kerja serabutan. Ada yang rencana nikahnya buyar gara-gara AI bikin sepi job freelance.
Perkembangan Akal Imitasi (AI), khususnya AI generatif, memang melaju pesat belakangan. AI bisa ubah teks jadi konten audio-visual dan menerjemahkan teks dalam hitungan detik. Tak heran, banyak perusahaan mulai beralih.
Riset Universitas Multimedia Nusantara (UMN) dan SINDIKASI bahkan mencatat: 58% pekerja media dan kreatif khawatir pekerjaannya akan tergantikan oleh otomatisasi.
Lantas, apakah masih ada pekerjaan tersisa bagi pekerja kreatif pada masa depan? Apakah AI mampu menggantikan kerja kreatif? Apakah Indonesia siap dengan regulasi AI?
Simak selengkapnya di YouTube progreSIP! 🎞️📺
Suara buruh dalam aksi May Day sering kali tenggelam di balik stigma negatif. Dicap pembuat kerusuhan, penyebab macet, hingga ancaman ketertiban. Narasi ini terus diulang setiap 1 Mei. Belakangan, bahkan muncul tagar #MayDayKondusif di media sosial, seolah-olah buruh yang turun ke jalan pasti membawa kekacauan.
Tapi, benarkah kenyataannya seperti itu? Apakah May Day benar-benar tidak membawa manfaat untuk kita?
Buruh perempuan di industri garmen tengah menghadapi masa-masa suram akibat gelombang PHK sepihak. Hamidah dan Siti Hajrah adalah dua dari ribuan pekerja yang menjadi korban. Sejak diberhentikan pada 28 Februari 2025, hidup mereka—yang menjadi penopang ekonomi keluarga—berubah drastis.
Pil pahit harus mereka telan—pengeluaran dipangkas, tabungan habis untuk kebutuhan dasar, kontrakan terancam tak terbayar. Bahkan, harapan untuk kembali bekerja di industri yang telah mereka tekuni belasan tahun pun perlahan memudar.
Rani Septya, peneliti dari CELIOS, mencatat tren PHK kian meningkat dalam beberapa waktu terakhir. Penyebab utamanya adalah pelemahan ekonomi nasional dan dampak perang dagang global. Dalam hal ini, industri garmen menjadi salah satu sektor paling terpukul.
Rani mendesak pemerintah untuk segera mengambil langkah konkret guna melindungi buruh perempuan korban PHK, agar terpenuhi hak-haknya. Sebab, tanpa intervensi cepat, lebih dari 50.000 pekerja terancam kehilangan pekerjaan, dan kelangsungan industri bisa terguncang.
Simak pembahasannya di YouTube progreSIP! 🎞️📺
——
* TikTok: tiktok.com/@progresip_
* X: x.com/progresip_
* Instagram: instagram.com/progresip_
* YouTube: youtube.com/@progresippodcast
* Website: progresip.id
https://progresip.id/reportase/kerja-perawatan-menyambung-napas-perlawanan-indonesiagelap-
Ribuan perempuan turun ke jalan di Hari Perempuan Internasional, menuntut keadilan di tempat kerja.
Riyani, buruh garmen sejak 2014, kini dihantui ketidakpastian akibat gelombang PHK massal. Di sektor tekstil, mayoritas buruhnya perempuan.
Kini, 280.000 buruh terancam kehilangan pekerjaan. Lantas, seperti apa tuntutan para pekerja perempuan? Simak selengkapnya.
#IndonesiaGelap meluas, memantik amarah publik atas kebijakan yang tak berpihak pada rakyat. Aksi turun ke jalan terus terjadi, suara perlawanan menggema lewat orasi, spanduk, dan poster.
Namun, di balik barisan massa, ada perjuangan lain yang tak kalah penting: kerja-kerja perawatan. Dari paramedis jalanan hingga penyedia logistik dan konsumsi, mereka hadir sebagai garda belakang yang memastikan keselamatan, kesehatan, dan kebutuhan peserta aksi tetap terpenuhi.
Pakar gender Universitas Indonesia, Hariati Sinaga, menegaskan bahwa kerja perawatan memegang peran krusial dalam setiap aksi. Lantas, mampukah kerja reproduksi ini memperpanjang napas perlawanan?
Simak pembahasannya di YouTube progreSIP!